Problem

 Hello 😊


Aku pernah berfikir untuk mengakhiri semua dengan cara menyalahi takdir, tapi Allah bilang jika itu salah. Setiap hari, telinga ini merasa panas mendengar ejekan mereka yang merendahkan, membuat oksigen yang masuk keotak menjadi lambat menjadikan jatung memompa dengan terdesak. Aku ingin berteriak kedepan muka mereka “ Hei!! Dasar orang yang mempunyai fikiran kolot, emang orang miskin nggak punya cita-cita, dan selama delapan belas tahun tahun hidupku sekarang memang kau pernah sedikitpun membiayai, tapi kau seenaknyanya membuang suara sembarangan tanpa memilah mana yang harus di olah lagi terlebih dahulu”. Aku tidak tahu, sampai sekarang hal itu belum aku lakukan. Bodoh. Seharusnya aku melakukan itu agar peredaran darahku menjadi lancar kembali dan mimpi buruk ku hilang. Tapi apa daya aku hanya anak ingusan yang mempunyai satu mulut untuk membungkam seribu mulut yang mana setiap raung dialektika itu ada sampah suara berterbangan.  


Mungkin kalian sudah pernah merasakan ini, apalagi dimasa transisi menuju kedewasaan ini, dimana emosi yang memegang kendali. Tapi aku, kamu siapapun itu yang sedang mengalami hal sama lebih baiknya kita berfikir kembali lagi, walau sulit menjalaninya, saat telinga terus dikasih makanan pedas yang membuat perut kita menjadi mulas malah kita harus menjalani lakon untuk tetap tersenyum. Ya itulah realita dari hidup. Kita harus berani menjalani semua lakon peran untuk tetap bertahan dari seleksi alam walaupun yang paling sulit adalah tekanan sosial. tapi heyy, masyarakat sosial? apalagi tetangga?! tahu apa mereka tentang kita. Mereka hanya melihat apa yang terlihat saja, tanpa memahami dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita. 


Apalagi jika di dalam kelompok masyarakat itu ada suatu berita yang menghebohkan pasti akan langsung tersebar kayak bom, dan paling sialnya bom itu dipatik dari masalah kita. Ingin rasanya tanah dibawah kaki ini membelah dan langsung menelanku. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Hanya mengurung diri dikamar untuk seorang introvert, dan kabur dari rumah untuk orang ekstrovert?? Jika kita melakukan itu, sama saja kita kabur dari masalah dan berfikir jika kita hilang sejenak masalah juga akan hilang. Tapi realitanya saat kita sudah bangun dari hibernasi dan ongkang-ongkang kaki tiba-tiba ada yang menyapa. Dan kamu tahu siapa yang menyapa? Yakk Mas alah yang menyapa. Dengan senyumnya yang menggoda, masalah menyapa hendak bertanya, tapi yang kita rasakan seperti dikejar hutang yang tahu-tahunya sudah berbunga. Makin berat untuk membayarnya.


Kembali lagi kita harus berani untuk menghadapi masalah tersebut, ingatlah kau lebih gagah dan berani dari pada masalah, biarkanlah orang yang mencibirmu bagai angin lalu bisikan setan, ingat lagi tujuan hidupmu, ingat lagi bagaimana perjuangan awalmu, ingat lagi senyuman orang terkasih, ingat lagi berapa jumlah pengorbananmu yang orang lain tidak tahu. jika kamu menyerah saat ini juga kamu kalah, melawan masalah, ego, iri mereka. kamu tidak sendiri, ada Allah yang selalu berada di sampingmu. hilangkan rasa kecil hatimu, bahwa kamu tidak cantik atau tampan , kamu tidak pintar, kamu nggak gaul. ayolah kaktus aja notabenenya sebuah pohon yang masih membutuhkan air tapi ia menyimpang kegurun pasir dan ia mampu bertahan hidup. kamu, aku pasti bisa. think again. never give up 😊😊



Komentar